Tumbangnya Sang Raksasa Nokia
Nokia, sebuah vendor asal Finlandia yang dulu pernah seakan tak terkalahan, kini mulai tumbang setelah penjualan ponselnya mulai turun. Era kejayaan Nokia memang sudah cukup lama berlalu, tapi masih menyisakan beberapa cerita.
Mika Grundstrom, mantan manajer senior di pusat riset dan pengembangan Nokia, mengatakan kalau kunci sukses perusahaannya dulu sederhana saja. Yaitu membuat ponsel dengan baterai terawet dan desain sekecil mungkin.
Saat itu memang era feature phone yang fiturnya tak terlampau kompleks. Nokia sukses merilis berbagai model yang laris manis. Zaman awal ponsel kamera, Nokia juga masih jaya. Namun semua berubah ketika era smartphone datang, terutama saat dirilisnya iPhone generasi pertama di 2007.
"Beberapa hal menjadi jauh lebih kompleks. Kami tidak lagi yakin apa seharusnya tujuan kami. Apakah kemudahan pemakaian, keawetan baterai atau ukuran?," kata Mika yang dikutip dari BBC.
"Jika soal keawetan baterai, kami punya perangkat yang bisa bertahan sampai seminggu. Kemudian ada perangkat baru ini, yang memang bagus tapi harus diisi ulang setiap hari. Jadi bagaimana caranya menjual ke konsumen?" tambahnya.
Para pengamat ponsel yakin, penyebab jebloknya penjualan ponsel Nokia akhir-akhir ini tak lepas kesalahan yang telah dilakukan oleh Nokia sendiri.
1. Nokia terlalu lamban dalam merespon pasar
Bukti yang paling kongkret, pada tahun 2007 ketika iPhone dengan full tochscreen-nya booming dan kemudian disusul dengan kemunculan Android, Nokia seperti tidak bergeming dalam menanggapi perubahan pasar akibat hadirnya dua sistem operasi tersebut.
"Sewaktu Apple merilis iPhone, hal ini menunjukkan bahwa industri smartphone telah berada dalam persaingan sengit. Nokia seharusnya menanggapi hal ini dengan cepat, namun sayangnya mereka tidak melakukan lompatan atau gebrakan,” ujar Wyne Lam, analis senior IHS.
Sementara Nokia dinilai terlalu berkonsentrasi pada Symbian yang mulai ditinggalkan penggunanya. Langkah penyelamatan dengan dihadirkannya smartphone seri Lumia yang bekerja sama dengan Microsoft baru-baru ini rasanya sudah agak telat.
3. Kurang Memperhatikan Pasar Kelas Bawah
4. Nokia kurang inovasi
5. Eksekusi adalah kunci
Samsung bersinar terang dengan jajaran produk Galaxy-nya, Apple berkibar dengan produk iPhone-nya. Sementara Nokia kian memburuk dibeberapa tahun terakhir.
Mika Grundstrom, mantan manajer senior di pusat riset dan pengembangan Nokia, mengatakan kalau kunci sukses perusahaannya dulu sederhana saja. Yaitu membuat ponsel dengan baterai terawet dan desain sekecil mungkin.
Saat itu memang era feature phone yang fiturnya tak terlampau kompleks. Nokia sukses merilis berbagai model yang laris manis. Zaman awal ponsel kamera, Nokia juga masih jaya. Namun semua berubah ketika era smartphone datang, terutama saat dirilisnya iPhone generasi pertama di 2007.
"Beberapa hal menjadi jauh lebih kompleks. Kami tidak lagi yakin apa seharusnya tujuan kami. Apakah kemudahan pemakaian, keawetan baterai atau ukuran?," kata Mika yang dikutip dari BBC.
"Jika soal keawetan baterai, kami punya perangkat yang bisa bertahan sampai seminggu. Kemudian ada perangkat baru ini, yang memang bagus tapi harus diisi ulang setiap hari. Jadi bagaimana caranya menjual ke konsumen?" tambahnya.
Para pengamat ponsel yakin, penyebab jebloknya penjualan ponsel Nokia akhir-akhir ini tak lepas kesalahan yang telah dilakukan oleh Nokia sendiri.
1. Nokia terlalu lamban dalam merespon pasar
Tahun 2002 lalu, Nokia sempat menjadi pelopor pasar smartphone dengan diluncurkannya seri 7650-nya yang bersistem operasi Symbian 60. Sayangnya, untuk kedepannya sistem operasi jagoannya tersebut rasanya akan semakin sulit bersaing dengan sistem operasi seperti Android dan iOS.
"Sewaktu Apple merilis iPhone, hal ini menunjukkan bahwa industri smartphone telah berada dalam persaingan sengit. Nokia seharusnya menanggapi hal ini dengan cepat, namun sayangnya mereka tidak melakukan lompatan atau gebrakan,” ujar Wyne Lam, analis senior IHS.
2. Terlalu fokus pada sistem operasi Symbian
Inilah kecerdikan Samsung. Menanggapi permintaan pasar, mereka langsung bergerak cepat dengan meluncurkan smartphone yang sistem operasi-nya beragam seperti Windows Phone, Android hingga sistem operasi buatan sendiri, Bada OS.
3. Kurang Memperhatikan Pasar Kelas Bawah
Selain lamban dalam bergerak, Nokia pun dinilai kurang perhatian terhadap pasar kelas bawah. Di negara berkembang seperti Indonesia, produsen lain seperti Samsung dan ponsel China menyerang dan menguasai pasar ponsel kelas bawah.Padahal, di negara berkembang seperti Indonesia, pangsa pasar kelas menengah bawah adalah pasar yang paling “ngetop”.
4. Nokia kurang inovasi
Menurut Wayne Lam, Nokia hanya memasarkan merk, bukannya inovasi sehingga pasar menjadi jenuh dengan produknya yang biasa-biasa saja.
“Nokia hanya semacam merk tua, tidak menawarkan hal yang baru. Samsung dianggap sebagai innovator dengan produknya yang penuh inovasi”, katanya.
Di tahun 2014, divisi ponsel itu dijual ke Microsoft dan nama Nokia kemudian dihilangkan dari jagat smartphone. Tapi kini ada secercah harapan nama Nokia akan bangkit lagi di dunia ponsel. Tahun ini, Nokia yang sekarang fokus di bisnis infrastruktur telekomunikasi, mungkin akan merilis ponsel Android setelah berhak lagi memakai merek itu dari Microsoft.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar